Hermansyah sedang berdiskusi dengan Rezza M. Lubis, CEO IJL (Sumber: IJL) TANGERANG SELATAN (IJL) - Ide sekaligus cara Indonesia Junior L...
![]() |
Hermansyah sedang berdiskusi dengan Rezza M. Lubis, CEO IJL (Sumber: IJL) |
TANGERANG SELATAN (IJL) - Ide sekaligus cara Indonesia Junior League (IJL) mengemas atmosfer kompetisi sepak bola usia dini membuat kiper legendaris Tanah Air, Hermansyah terpukau. Sudah saatnya sistem tanam, rawat, panen diterapkan secara sungguh-sungguh lewat segitiga berencana.
Gaung IJL akhirnya sampai juga di telinga legenda hidup sepak bola Indonesia, Hermansyah. Minggu (29/11) lalu, penjaga gawang Timnas Merah-Putih dari era 1983 sampai akhir 90-an itu menyambangi Lapangan Batalyon Arhanud 1 Kostrad guna melihat sendiri barisan generasi penerus mengejar mimpi dari atas rumput hijau.
Jatuh cinta pada pandangan pertama, begitu kesan yang langsung didapatkan oleh Hermansyah. Pantas saja sosok yang hampir mengantarkan Timnas Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia 1986 itu sempat "merinding disko".
![]() |
Tim medis IJL sedang menangani salah seorang pemain cedera dalam kompetisi IJL (Sumber: IJL) |
"Jujur, baru sekarang saya tahu ada
kompetisi seperti ini. Ternyata IJL benar-benar mau membawa ide baru untuk
pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia. Saat masa pandemi, IJL juga
berupaya menegakkan protokol kesehatan, Alhamdulillah kita seharusnya
bersyukur," ujar Hermansyah.
"Tadi sempat diskusi juga dengan mas Rezza M. Lubis (CEO IJL), obrolan kita nyambung, jadi saya tangkap beliau ini memang generasi muda orang bola dengan ide-idenya yang sangat segar," tambah Hermansyah yang gantung sepatu bersama Persikota Tangerang saat memasuki usia 40 tahun.
Salah satu contoh ide yang membuat Hermansyah terpukau adalah video rekaman pertandingan. Menurutnya, itu adalah bentuk komitmen IJL menciptakan sistem kompetisi dengan progres jangka panjang.
![]() |
Laga pertandingan IJL U-13 (Sumber: IJL) |
Lewat video rekaman pertandingan, pelatih-pelatih yang bertarung di IJL praktis "dipaksa" untuk lebih banyak putar otak. Banyak berkaca kekurangan tim sendiri hingga mengorek celah tim lawan. Ya, komplet!
"Oh tentu itu pastinya bagus sekali, saya lebih melihat ke arah progres yang dituju. Dari video rekaman pertandingan yang dirilis IJL itu kan bukan hanya pemain yang belajar tetapi juga pelatih," tegas Hermansyah.
"Kenapa saya sebut pelatih? Karena
dari merekalah masa depan sepak bola Indonesia bermula. Jadi ya, jangan ragu
apalagi malu mulai belajar dari level usia dini. Justru harus bangga,"
sambung Hermansyah.
Laga pertandingan IJL U11 (Sumber: IJL)
Belajar, belajar dan belajar. Begitu pesan yang didaratkan Hermansyah untuk seluruh penggiat sepak bola usia dini Indonesia. Ia mengatakan ide dari IJL dalam mengemas kompetisi tidak boleh disia-siakan begitu saja.
Durasi kompetisi IJL yang berjalan selama enam bulan pun tidak kalah jadi perhatian Hermansyah. Dari periode tersebut bisa terlihat progres yang ingin dibidik masing-masing SSB tidak hanya sekadar cari menang dan menang.
"Pokoknya jangan malu untuk memulai,
jangan malu untuk belajar dari kesalahan. Saya saja di usia seperti ini masih
mau banyak belajar. Ini ada IJL punya banyak ide segar, harus
dimanfaatkan," ujar Hermansyah yang pada masa jayanya dikenal sebagai raja
blok tendangan penalti tersebut.
Laga pertandingan IJL U-9 (Sumber: IJL)
"Sejujurnya memang yang diperlukan SSB saat ini adalah sistem kompetisi berjenjang. Jadi ada progres dicatat, tujuannya jelas mau dibawa kemana, pelatih diajak untuk lebih terus menggali potensi tersembunyi anak-anak didiknya. Sekali lagi, jangan malu untuk belajar," sambung Hermansyah.
Di satu sisi, Hermansyah mengakui tugas
yang diemban pelatih level grassroot jauh dari kata mudah. Pasalnya, peran
orangtua anak didik juga tidak kalah ambil porsi besar.
Segitiga berencana menurut Hermansyah bisa
jadi jalan tengah. Karakter tiap pemain di atas lapangan tentu tidak lepas
didikan orangtua dimulai dari kebiasaan dan pola pikir dari dalam rumah.
Hermansyah, saat diwawancara oleh jurnalis IJL (Sumber: IJL)
"Itu semua menurut saya pasti berhubungan. Kalau dibuat seperti segitiga ada irisan tugasnya masing-masing. Orangtua tentu punya peran bagaimana pelan-pelan membentuk pondasi anak-anaknya dimulai dari rumah semisal pola makan dan tidur, perilaku hormat serta rasa disiplin. Sesederhana itu saja dulu," ujar Hermansyah.
"Begitu anaknya sampai di atas lapangan, semuanya serahkan dan percayakan saja ke pelatih karena kembali pelatihlah yang tahu betul progres tiap pemain. Nah pelatih seperti apa yang tahu progres pemain? Ya kembali lagi pelatih yang mau dan tidak henti belajar cari wawasan, sepak bola sekarang luas sekali, ilmunya banyak," tambah Hermansyah.
"Termasuk dari ilmu di kompetisi
sekelas IJL ini. Seperti sistem tanam, rawat dan panen, IJL juga berperan besar
nantinya menyumbangkan generasi baru sepak bola Indonesia. Jadi segitiga
berencana itu ibarat gotong-royong. Sudah saatnya kita satukan ide serta
visi," sambung Hermansyah yang mengawali karirnya bersama Diklat Salatiga
tersebut. (Author: Indonesia Junior League)
COMMENTS