Mohamad Kusnaeni, salah satu calon pengurus PSSI (Sumber: Official Instagram @mohamadkusnaeni) Kabar baik datang dari Shanghai (24/1...
Kabar baik datang dari
Shanghai (24/10), FIFA secara resmi merilis pengumuman melalui konferensi pers.
Indonesia berhasil mengalahkan 2 negara lainnya (Peru dan Brazil) yang
ikut berkompetisi menjadi tuan rumah FIFA World Cup U-20 pada
tahun 2021 mendatang.
Kerja keras PSSI
akhirnya membuahkan hasil, dan disambut gembira oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Ditengah sepinya prestasi Sepak Bola Indonesia yang
selama ini digawangi oleh PSSI, nampaknya menjadi tuan rumah FIFA World
Cup U-20 bisa mengobati keinginan PSSI dan juga masyarakat Indonesia
untuk ikut menjadi salah satu tim peserta ajang paling bergengsi sejagad ini.
Sementara itu, kursi
panas bursa calon pengurus PSSI yang saat ini tengah menjadi perdebatan publik,
kini kembali mencuat dan menjadi sorotan hangat.
Menjadi host sebuah
acara sekelas World Cup tentu saja tidak bisa
setengah-setengah, organisasi PSSI mesti di isi oleh orang-orang yang
benar-benar peduli dengan kemajuan Sepak Bola Indonesia.
Ajang World Cup ini
akan menjadi kesempatan, sekaligus pembuktian bahwa PSSI adalah sebuah
organisasi yang juga layak untuk di apresiasi, ditengah kisruh dan berbagai
tudingan negatif terhadap PSSI saat ini.
Beberapa kandidat yang
maju dalam bursa pencalonan pengurus PSSI tentu saja semakin termotivasi,
apalagi sebuah pekerjaan besar World Cup tengah menanti mereka
di tahun 2021 mendatang.
Mohamad Kusnaeni atau yang kerap disapa "Bung
Kus", yang juga ikut maju dan meramaikan bursa pemilihan Komite Eksekutif
(Exco) PSSI menyampaikan beberapa alasan yang dikemas dengan istilah
"BPJS", yang ia yakini bisa memulihkan kondisi PSSI agar bisa lebih
sehat dari saat ini.
"Bagi organisasi
besar seperti PSSI, sehat di sini maknanya luas," kata Kusnaeni yang maju
sebagai kandidat Wakil Ketua Umum dan Anggota Exco PSSI. "Tidak cukup
sehat secara finansial, tapi juga harus sehat secara tata kelola dan juga
prestasinya."
Saat ini, kondisi sehat
tersebut dinilainya belum didapatkan oleh PSSI. "Dari segi prestasi belum
terlihat, tata kelolanya pun agak berantakan, dan secara finansial ternyata
masih terbebani utang lumayan besar,” ia menjelaskan. Untuk itulah Kusnaeni
menyebut pentingnya konsep BPJS yang dia tawarkan.
"Huruf B itu
maknanya Benahi kompetisi. Tidak hanya fokus ke
kompetisi profesional, tapi juga kompetisi amatir dan usia muda," katanya.
"Apalagi kita mau jadi tuan rumah Piala Dunia U-21 tahun 2021. Kompetisi
amatir dan usia muda yang bagus bisa jadi penyangga yang kuat bagi liga
profesional sekaligus menghasilkan banyak bibit pemain bagus sehingga nantinya
kita bisa bersaing di level dunia."
Khusus untuk membenahi
kompetisi profesional, Kusnaeni menyebut butuh perhatian khusus karena
masalahnya kompleks. “Banyak yang harus kita kerjakan untuk membenahi tata
kelola kompetisi profesional kita,” kata wartawan olahraga senior itu.
“Atmosfernya sudah bagus tapi butuh sentuhan khusus agar aspek-aspek negatifnya
bisa dikurangi dan liga kita kelak lebih punya nilai ekonomis.”
Lalu, huruf “P” maknanya
adalah Perkuat organisasi. “Usia PSSI bahkan lebih tua
dibanding republik ini. Sudah sepantasnya PSSI menjadi organisasi yang kuat dan
modern. Minimal yang terunggul dibanding induk cabor lainnya,” katanya,
prihatin.
“Sayangnya, saat ini
‘rumah PSSI’ saja kita tidak punya. Terus berpindah-pindah,” katanya, prihatin.
“Kita juga belum punya fasilitas pemusatan latihan yang memadai untuk tim
nasional semua kelompok umur. Ini hanya bagian kecil dari persoalan organisasi.
Banyak aspek lain yang butuh penguatan agar PSSI menjadi organisasi yang unggul
dan modern.”
Selanjutnya, “J”
dimaknai Bung Kusnaeni sebagai Jalin kemitraan dengan
semua stakeholder, terutama Pemerintah. "Sepak bola itu tak mungkin diurus
sendiri oleh PSSI. Jadi, libatkan semua pihak: swasta, BUMN, masyarakat,
keluarga, hingga mantan pemain," kata Kusnaeni yang juga pengurus Badan
Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) di bawah Kemenpora ini.
"Paling penting,
jangan pernah lagi punya pikiran PSSI bisa maju tanpa dukungan Pemerintah,” ia
menegaskan. “Justru PSSI harus merangkul Pemerintah agar program-programnya
mendapat dukungan dan bantuan. Khususnya untuk peningkatan infrastruktur dan
pembinaan usia muda."
Paling akhir, “S”
dimaknai sebagai Sistem yang jadi panglima, bukan
figurnya. "Bangun sistem organisasi yang kuat, jangan bertumpu pada figur
alias one man show. PSSI ini organisasi besar, tidak boleh hanya
bertumpu pada orang per orang," pengamat olahraga senior itu
menjelaskan.
Menurut Kusnaeni,
lemahnya sistem inilah yang selama ini memberi peluang bagi penyalahgunaan.
Salah satunya berupa match fixing dalam kompetisi. “Sistem
harus berjalan dan jadi pedoman organisasi PSSI. Jangan terlalu banyak
pembiaran dan kompromi sehingga akhirnya organisasi jadi lumpuh, tidak
efektif,” katanya mengakhiri.
So, guys kita semua tentunya berharap kepengurusan
PSSI yang akan ditentukan dalam beberapa minggu kedepan akan di isi oleh
orang-orang yang benar-benar tulus ingin mendedikasikan dirinya untuk kemajuan
Sepak Bola ditanah air.
Kesempatan menjadi tuan
rumah FIFA World Cup U-20 sudah didepan mata, jangan sampai
kepentingan politik kembali bermain dalam bursa pemilihan kepengurusan PSSI
bulan depan.
Maju terus Sepak Bola
Indonesia! (Author: Yul)
SOCCERPEDIA.id
- all things about soccer
(kanal berita kekinian
dengan sudut pandang jaman now)
COMMENTS