by SOCCERPEDIA.id (Harry Widjaja, Founder Uni Papua FC) Beberapa waktu yang lalu dalam acara World Football Summit Asia 2019 di Mal...
Beberapa waktu yang
lalu dalam acara World Football Summit Asia 2019 di Malaysia, SOCCERPEDIA.id berkesempatan bertemu dengan Harry
Widjaja, beliau merupakan salah satu pelopor, sosok pendiri serta Chief
Executive Officer (CEO) dari sebuah komunitas Sepak Bola di Papua,
yang terkenal dengan sebutan Uni Papua FC.
Uni Papua FC adalah organisasi sosial dalam bidang Sepak
Bola yang didirikan pada tahun 2013 lalu, berfokus pada pengembangan karakter
dan nilai-nilai kemanusiaan untuk perubahan sosial yang berkelanjutan melalui Sepak
Bola.
Uni Papua FC bermimpi bahwa nantinya, semua anak,
keluarga, dan masyarakat bisa menggunakan Sepak Bola sebagai media untuk
pembangunan sosial yang berkelanjutan serta memulai gerakan sosial Sepak Bola Nasional
di seluruh Indonesia.
by SOCCERPEDIA.id |
Dalam sesi interview singkat tekait dengan latar belakang berdirinya Uni Papua FC, Harry Widjaja menjelaskan: “Uni Papua FC adalah sebuah football community yang berbasis kepada komunitas, bukan berbasis fasilitas. Fokus kami adalah mengenai pembentukan karakter dan mental, karena dalam Sepak Bola ini, karakter serta mental merupakan sisi yang paling dominan, nah kita menggunakan Sepak Bola sebagai tools atau alat untuk mengantarkan nilai-nilai kepada anak-anak terkait dengan toleransi, anti diskriminasi, respect, menerima perbedaan, persatuan, unity sebagai nation, dan hal-hal positif lainnya.”
Ketika ditanyakan mengapa
memilih wilayah Papua? Harry yang saat ini tinggal di Jakarta ini
melanjutkan: “Pertama, waktu itu sekitar 10 tahun yang lalu, saya mencari
dan melihat daerah mana sih yang paling complicated dan paling tinggi permasalahannya,
lalu saya temukan kondisi tersebut paling banyak terjadi di Papua. Hal kedua
mengapa memilih Papua, karena Papua itu seperti Brazil, hanya saja development-nya
masih jauh, tapi Papua juga punya banyak talent, dan ini harus mulai kita
gali dan manage sebaik-baiknya dengan mengedepankan pembangunan karakter
serta mental. Alasan yang terakhir adalah karena kita memang berasal
dari Papua, jadi tahun 2013 kita dirikan komunitas Sepak Bola dengan nama Uni
Papua FC, dan sejak tahun 2015 sudah mulai kita perkenalkan komunitas ini keluar
Papua.”
Sementara itu menanggapi
kondisi masih kisruhnya organisasi Sepak Bola di tanah air, beliau berpendapat
bahwa: “Kondisi Sepak bola Indonesia itu ibarat kontraksi bersalin, hanya saja
kontraksi ini terjadi secara terus menerus. Sebenarnya ini merupakan tanda baik,
karena ada proses pembersihan, hanya saja kalau bisa jangan terlalu lama karena
nanti bisa ketinggalan”.
Harry menambahkan, “Dari
sisi pemerintah, Presiden Jokowi sebenarnya telah mengeluarkan Intruksi
Presiden (Inpres) No. 3 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan
Nasional dan ini diharapkan akan menjadi trigger, karena dalam Inpres
tersebut jelas memberikan perintah mulai dari Kementerian, Kepala Daerah, BUMN,
dan semoga saja bisa dilaksanakan sesuai arahan. Masyarakat Indonesia sendiri
sudah lama menginginkan Sepak Bola yang lebih professional, dan kita
memang masih punya banyak pekerjaan rumah, karena untuk sampai masuk ke industri,
mau tidak mau harus menerapkan konsep profesionalisme.”
Disisi lain, Harrry
juga menyampaikan fakta atau kendala-kendala yang dialami dalam mengembangkan Sepak
Bola saat ini. “Kendala utamanya adalah secara demografi kita memiliki luasan wilayah
yang sangat besar, artinya kompleksitas masalah juga besar, lalu jarak
atau rentang dari barat ke timur juga sangat panjang dan jauh, jadi ini bicara
soal cost atau biaya. Selain itu, masalah kompleks lainnya adalah kita
belum memiliki fasilitas, tidak adanya program yang berjenjang dan Sepak Bola kita
saat ini kebanyakan hanya dijadikan sebagai alat kepentingan politik. Harusnya
politisi tidak perlu ikut campur dalam Sepak Bola, karena Sepak Bola ini harus benar-benar
professional.”
“Meskipun demikian harapan
akan selalu ada, kita masih cukup optimis kok, karena generasi ini kan selalu mengalami
perubahan, tapi ya itu tadi kuncinya professional, dedikasi dan komitmen.
Pembaharuan itu akan terus terjadi secara alamiah dan itu gak bisa dilawan
dengan cara apapun, generesi ini mengalami perubahan, jadi generasi diatas juga
mestinya harus tahu diri!”, Sambung Harry.
Menyikapi banyaknya talent
squad yang dilakukan oleh klub Sepak Bola dari luar negeri, Harry
menyampaikan bahwa: “Sebagian besar mereka nggak tulus untuk mengawal karir
anak-anak Indonesia. Kondisi tersebut lebih kepada ekploitasi, branding
dan trend sesaat agar mereka bisa masuk pasar Asia. Cirinya gampang, yang
sustains, komit dan membuahkan atau menelurkan atlet-atlet bisa kita hitung
kok! Justru yang lebih komit dan banyak menghasilkan adalah brand-brand dari
dalam negeri sendiri, seperti Liga Kompas, Liga Top Skor, dan
lain-lain. Kritik saya kepada klub-klub Eropa adalah karena mereka tetap
menjadikan Indonesia hanya sebagai market mereka, dan tidak pernah menjadikan
kita sebagai partner dengan posisi yang equal, sehingga
kesimpulannya, kedatangan mereka lebih untuk kepentingan mereka sendiri dan
hanya untuk mem-branding produk-produk mereka saja.”
Di akhir interview,
Harry yang merupakan fans berat dari klub Manchester United asal
Inggris ini juga mengecam: “Kasih tau, Indonesia itu tidak bodoh selamanya! Kritik
saya kan sangat jelas, semua klub luar menawarkan paket yang sama dan urusannya
hanya terkait dengan Sales and Marketing mereka saja!”
Jadi jangan patah
semangat dulu ya, guys! Masih ada kok orang-orang yang peduli, memiliki
komitmen dan mau mendedikasikan diri untuk perkembangan Sepak Bola Indonesia ke
arah yang lebih baik lagi. Salah satunya adalah sosok Harry Widjaja ini
melalui Uni Papua FC yang didirikannya, semoga cita-cita mulia beliau
bisa segera terwujud ya Guys! Mari kita support bersama! (Author: Yul)
SOCCERPEDIA.id
- all things about soccer
(kanal berita kekinian dengan
sudut pandang jaman now)
COMMENTS