Source: Instagram @mohamadkusnaeni Jauh sebelum nama-nama komentator baru yang sering kali muncul dalam dunia sepak bola di tanah ai...
Source: Instagram @mohamadkusnaeni |
Jauh sebelum nama-nama
komentator baru yang sering kali muncul dalam dunia sepak bola di tanah air,
diantaranya seperti Valentino “Jebreeeettt” Simanjuntak, Hadi “Ahhhaaaayy”
Gunawan, Binder “Bising” Singh, Tommy “Towel” Welly, Rendra “Rensu”
Sudjono, dan masih banyak lagi komentator sepak bola lainnya, ada satu nama
yang sosoknya sangat melekat, bahkan melegenda sebagai salah
satu komentator yang kita miliki sepanjang masa, sosok ini adalah Mohamad
Kusnaeni atau yang lebih terkenal dengan sapaan “BungKus”.
BungKus merupakan wartawan olahraga senior dan
komentator sepak bola Indonesia yang sangat kawakan dan cukup fenomenal pada
masanya. Beliau sudah memulai karirnya sebagai komentator sepak bola sejak
Piala Dunia tahun 1994 yang ditayangkan SCTV. Ia juga merupakan komentator
sepak bola diberbagai macam stasiun TV, seperti TPI (Liga Brazil), RCTI
(Liga Italia), TV One, dan lain sebagainya.
Bagi kaum milenial zaman
now yang merupakan penggemar sepak bola, mungkin kurang begitu familiar dengan
sosok beliau, tapi bagi kalian-kalian penggemar sepak bola yang kelahiran tahun
70an hingga tahun 80an tentu sangat kenal baik dengan sosok yang satu ini,
karena seringnya muncul di TV yang saat itu belum sebanyak saat ini, terutama
untuk pertandingan liga serta partai-partai penting dalam dunia sepak bola.
So, buat kalian kaum milenial yang
ngaku-ngaku penggemar berat sepak bola, tapi belum mengenal sosok beliau,
sebaiknya stay tuned dan lanjutin baca artikel tentang beliau
ini ya, terutama terkait dengan kondisi terkini perkembangan sepak bola ditanah
air kita nih gaes!
by SOCCERPEDIA.id |
SOCCERPEDIA.id
berkesempatan untuk melakukan interview langsung dengan sosok
yang melegenda dalam dunia komentator sepak bola ini, di sela-sela kesibukannya
saat menghadiri World Football Summit (WFS) Asia, yang berlangsung
di Kuala Lumpur, pada tanggal 29-30 April 2019 yang lalu.
Saat ditanyakan
terkait dengan perkembangan sepak bola Indonesia terkini, BungKus menyampaikan
bahwa: “Indonesia merupakan salah satu negara yang paling sering disebut dalam
sesi talkshow dan seminar WFS Asia, dan selalu
disebut-sebut dengan narasi yang sangat positif, sehingga memperkuat keyakinan
kita semua bahwa sebenarnya kita itu memiliki prospek yang sangat besar karena
modal negara kita cukup luas dari segi geografis, segi demografis,
dan segi budaya sepak bola. Kondisi ini semua tentunya sangat
mendukung untuk menjadikan Indonesia menjadi salah satu kekuatan sepak bola di
Asia yang seringkali kita menyebutnya dengan istilah Macan Asia”.
“Persoalannya adalah
bagaimana kita bisa memanfaatkan semua potensi yang sebenarnya sudah cukup lama
kita miliki ini. Selama ini sepertinya kita gagal untuk memanfaatkan kesemuanya
itu sebagai senjata untuk maju, jadi saya pikir orang Indonesia, terutama para
tokoh-tokoh sepak bola kita harus mau belajar terus menerus dan jangan cepat
bosan, karena event seperti WFS Asia ini
sangat bagus untuk belajar. Saya sendiri, meskipun sudah beberapa kali ikut
kegiatan semacam ini, selalu saja senang untuk datang lagi, karena ingin
belajar tentang hal-hal yang baru yang setiap saat pasti mengalami update perkembangan
secara luar biasa. Bahkan, kemarin saya sempat ngobrol soal teknologi terkait
pengelolaan lapangan dari sisi rumputnya, saya beranggapan kok gak ada ya orang
Indonesia atau klub yang datang untuk belajar bagaimana mengelola rumput?
bagaimana memanfaatkan metodologi pelatihan ekkono method di
Paris Saint Germain (PSG)? Hal ini justru membuat saya bertanya-tanya, kok
malah klub-klub besar yang justru mau belajar, sementara klub Indonesia kok gak
mengirimkan perwakilannya untuk belajar, malah orang-orang seperti kita ini
yang mau datang untuk belajar dari mereka”. Ujarnya melengkapi.
Menanggapi soal
kendala klasik sulitnya perkembangan sepak bola di Indonesia, BungKus yang
masih aktif mengurusi Liga Pelajar U-16 se-Indonesia ini, berpendapat bahwa:
“Segala sesuatu itu harus berawal dari pondasi, kelemahan kita adalah pada
aspek yang sangat fundamental atau mendasar, yaitu terkait
dengan pembinaan usia muda (grass root) dan kompetisinya. Kita semua
disini sudah mendengar bagaimana pentingnya grass root dan
bagaimana pentingnya kompetisi. Saya akui saat ini PSSI sudah mulai
melakukan pembenahan, tapi baru beberapa tahun kebelakang saja, artinya kita
butuh waktu lebih lama untuk establish. Sebagai contoh, lihat
saja Barcelona yang tidak pernah berhenti melahirkan para
pemain hebat, karena basic-nya sudah sangat kuat sekali, tim-tim di
Inggris, di Italia, kenapa terus melahirkan pemain top? Karena kompetisinya
dimulai dari yang paling senior hingga masuk ke level grass root sejak
usia 10-11 tahun, dan hal itu tidak berhenti, berjenjang dan tidak pernah
putus, jadi saat pemain mulai memasuki usia dewasa, mereka sudah melalui
tahapan yang sangat berat dikelompok usianya. Jadi menurut saya grass
root dan kompetisi merupakan dua hal yang tidak bisa
terpisahkan dalam pembinaan sepak bola, keduanya harus terus berjalan dan hidup
berdampingan”.
Soal fans atau supporter, BungKus ikut
berkomentar: “Dalam sepak bola, aspek bisnis merupakan bagian yang cukup
penting, dimana justru basisnya adalah fans atau supporter,
karena merekalah yang menentukan hidup dan matinya sebuah klub sepak bola.
Indonesia sendiri agak kurang perhatian dengan pembinaan fans,
bagaimana meng-encourage mereka agar lebih maju dan mau belajar.
Saya malah menangkap kesan bahwa seolah-olah fans ini
dibiarkan dewasa sendiri oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI),
dan kalaupun mereka punya masalah tetap dibiarkan juga, contohnya saat
terjadinya rivalitas antar supporter hingga
terjadi pertumpahan darah yang jika dinegara luar bahkan merupakan warning keras
dan bisa menghentikan seluruh kegiatan kompetisi, sementara kalau di kita
seperti business as usual saja. Kita lihat bagaimana sampai
ada supporter yang meninggal dunia, dan itu tidak pernah
berhenti selama belasan tahun, semakin lama semakin membahayakan, semakin
mengecewakan publik, sementara itu PSSI tidak memiliki langkah-langkah yang
konkrit, bahkan pemerintah yang semestinya bisa bertindak juga tidak melakukan
apa-apa untuk mengatasi hal tersebut, seperti kita lihat bagaimana saat
pemerintah Inggris bergerak mengambil tindakan dan membuat aturan tegas untuk
mengatasi masalah konflik fans Inggris yang terkenal dengan
sebutan hooligans. Keterlibatan negara dalam hal ini menjadi sangat
penting, misalnya dengan mengatur kemananan stadion, keamanan supporter,
jadi akhirnya konsep penyelesaiannya bisa lebih menyeluruh”.
Sementara itu
menanggapi semakin tingginya minat klub-klub Eropa terhadap market sepak
bola di Indonesia, dan anggapan miring bahwa Indonesia hanya dimanfaatkan saja
dari sisi bisnis oleh klub-klub di Eropa, BungKus menyikapi
hal tersebut sebagai sebuah hal yang sangat wajar, namun ia mengutarakan bahwa:
“Sebenarnya kita juga harus paham, bahwa pemain-pemain kita pada dasarnya masih
belum kokoh, karena sistem pembinaan kita saat ini yang masih kurang tepat,
sehingga saat mereka dibawa ke Eropa, masih banyak menerima kritikan dari sisi
teknis, belum lagi soal mentalitasnya, karena untuk menjadi pemain professional di
Eropa tidaklah mudah, bahkan akademi klub seperti Barcelona, Espanyol,
dan Atletico Madrid mengajarkan bukan hanya soal skill secara
teknis, tapi lebih kepada sikap mental, disiplin serta karakternya, sementara
itu para pemain kita sebagian besar tidak mendapatkan itu semua di klub yang
membinanya. Di Sekolah Sepak Bola (SSB) kita, saat ini lebih banyak
mengajarkan aspek skill dan teknisnya, padahal dominasi soal
karakter dan mentalitas tersebutlah yang pada akhirnya membuat mereka belum
siap untuk bersaing di benua Eropa”.
“Tapi menurut hemat
saya itu bukanlah masalah, karena itu semua merupakan proses belajar bagi para
pemain kita untuk terus melakukan introspeksi secara
berkelanjutan. Faktanya saat bertanding di usia muda kita mampu bersaing kok,
bersaing dengan Asia, Eropa, dan Afrika. Itu semua sudah terbukti saat
bertanding diberbagai turnamen internasional, artinya secara teknis mainnya
sudah ok. Sementara kalau klub-klub di Eropa tidak melihat mereka sebagai tim,
mereka lebih melihat sebagai individu-individu masa depan, yang tidak hanya
harus bisa bermain bola secara teknis, tapi dinilai juga kepribadiannya,
mentalitasnya, fisiknya, bahkan mereka sudah bisa melihat kondisi tulangnya
akan seperti apa, rawan cedera atau tidak? Sementara kita masih belum sampai
sejauh itu, makanya jika hingga saat ini belum bisa sukses di Eropa tidak
masalah, yang penting kita bisa belajar dan semangat terus untuk mencoba,
karena sekali lagi kita sudah ketinggalan jauh, kalau kita tidak melakukan hal
yang sangat mendasar yaitu membenahi pondasinya, kita tidak mungkin bisa
mengejar ketertinggalan tersebut. Sepak bola merupakan sebuah proses dan bukan
seperti membalikkan telapak tangan dengan mudahnya, jadi kalau kita tidak tekun
menjalani prosesnya, tidak akan pernah bisa mengejarnya”, tambah BungKus.
Source: Instagram @mohamadkusnaeni |
BungKus yang saat ini juga aktif sebagai salah
satu pengurus di Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang
merupakan badan pemerintah dibawah Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)
yang berwenang melakukan pembinaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian
terhadap setiap kegiatan olahraga professional Indonesia,
turut menyampaikan pendapatnya terkait peran pemerintah untuk pembinaan usia
muda (talent squad) dalam sepak bola. Ia mengatakan bahwa: “Pembinaan
usia muda (talent squad) belum bisa secara utuh dijangkau oleh federasi dan
ini harus diakui, karena investasinya cukup besar, sementara federasi belum
punya anggaran yang besar, misalnya dari kelebihan anggaran kompetisi professional untuk
investasi di usia muda”.
Ia melanjutkan: “Oleh
karena itu, sebenarnya federasi harus berlapang dada dan
membuka ruang untuk partisipasi, bukannya melulu hanya dari pihak pemerintah,
tapi juga dari pihak orangtua, pihak swasta, dan para stakeholders lainnya
yang peduli dengan perkembangan sepak bola di Indonesia, karena faktanya sampai
kapanpun federasi kita tidak akan pernah mampu menjangkaunya,
mengingat besarnya jumlah pembinaan sepak bola kita di usia muda. Indonesia itu
jauh lebih luas dari Inggris, Italia, Jerman bahkan mungkin hampir menyamai
Amerika. Jadi, harus dikeroyok dan disanalah fungsi PSSI dan pemerintah berbagi
peran. Saat ini pemerintah fokus dipembinaan usia muda pada usia genap,
sementara PSSI pembinaan usia ganjil, tapi faktanya saya lihat PSSI sudah mulai
masuk pembinaan pada liga-1 elit usia genap juga, kedepan jangan sampai terjadi
benturan karena liga-1 elit itu hanya 18 klub saja yang terlibat, atau kurang
lebih sekitar 360 orang pemain sepak bola, sementara itu berdasarkan pengamatan
saya jumlah pemain sepak bola kategori U-16 se-Indonesia, pemainnya mencapai
lebih dari 3 juta orang, lalu bagaimana nasib para pemain berbakat lainnya jika
hanya terserap sekitar 360 orang saja? Jadi jangan berpikir bahwa dengan
menggelar liga elit U-16, U18 dan U20, PSSI sudah menyelesaikan masalah dalam
pembinaan usia muda, itu salah besar, karena ada jutaan anak-anak
yang belum terjangkau dan mereka harus diberi ruang, kalau PSSI tidak memiliki
kemampuan untuk menjangkau mereka karena keterbatasan daya jangkau, maka yang
paling kuat daya jangkaunya adalah harus pemerintah, jadi dalam kondisi seperti
ini jangan abaikan peran pemerintah”.
Menanggapi masih
terjadinya kisruh di PSSI, BungKus yang merupakan fans klub
Persipasi Kota Bekasi ini menambahkan, “Yang paling penting adalah PSSI harus
menyadari dulu bahwa mereka ada masalah, dengan adanya satgas anti-mafia sepak
bola sebenarnya sudah menunjukkan bahwa masalah itu real dan nyata,
bahkan seperti kita ketahui bersama bahwa sekarang kasusnya sudah sampai kemeja
hijau, sudah diserahkan ke kejaksaan dan tinggal menunggu persidangan saja.
Jadi gak perlu lagi denial, gak perlu lagi membantah, tinggal
hadapi dan selesaikan. Dulu kan PSSI selalu saja membantah tidak pernah ada
masalah, apalagi pengaturan skor, tapi sekarangkan sudah benar-benar terbukti,
walaupun belum ada yang divonis, tapi faktanya memang ada persoalan tersebut,
tinggal akui saja, terima kenyataan dan cari solusinya”.
Harapan mulia dan
cukup menyentuh dari sosok BungKus yang telah mengabdikan
hampir seluruh karirnya dalam dunia sepak bola Indonesia ini adalah: “Sebelum
meninggal, saya ingin menonton Indonesia main di Piala Dunia, dan jika hal ini
mau terwujud, kita harus membenahi dulu pondasinya, jika itu sudah
dibenahi Insya Allah sebelum meninggal bisa terwujud
harapan saya dan kita semua bisa menyaksikan Indonesia berlaga di Piala Dunia,
dan saya cukup sabar untuk menunggu hal itu!” Ujarnya, mengakhir interview bersama
SOCCERPEDIA.id.
Cita-cita yang sangat
mulia nih! Semoga bisa segera terwujud ya Gaes? Dan tentunya kita
semua bisa benar-benar menyaksikan secara langsung Timnas Indonesia, kebanggaan
kita semua berlaga pada pentas Piala Dunia. BungKus memang
pencinta sejati sepak bola ya, gimana kalau kalian, Gaes???...... (Author: Yul)
SOCCERPEDIA.id
- all things about soccer
(kanal berita kekinian
dengan sudut pandang jaman now)
COMMENTS